Tsundere
“Kok malah ke rumah lo?” El menautkan kedua alisnya saat ia baru menyadari bahwa mobil yang ia tumpangi berhenti tepat di halaman rumah Eyzar. El sedari tadi tidak sadar dan tidak memperhatikan jalan karena fokus memainkan ponselnya.
Eyzar tersenyum dan menatap El dengan lekat, “Gapapa, biar kalau Kak El sakit perutnya tengah malem ntar ada yang jagain. Daripada di rumah sendirian? Ntar kalau ada apa-apa kan susah.”
“Tapi gue mau—”
“Yuk, turun.” Lagi-lagi, Eyzar memotong ucapan El dan mau tidak mau gadis berambut panjang itu mengiyakan ajakan dari Eyzar. “Kuat jalan kan? Apa mau digendong?” Eyzar memberikan cengiran nya, sengaja ingin menggoda El untuk kali ini saja.
“Ck. Gue cuman sakit perut mens, bukan lumpuh.”
Sontak Eyzar tertawa saat melihat El misuh-misuh dan melangkah terlebih dahulu ke dalam rumah Eyzar. “Tadi kayak yang gak mau ke rumah Eyzar, eh taunya sekarang malah masuk duluan,” kekeh Eyzar pelan.
Setelah mengunci pintu utama, Eyzar langsung mencari keberadaan El dan ternyata gadis yang ia cari sudah mendudukkan diri di atas sofa ruang tengah sembari sibuk memainkan ponselnya, lagi.
“Daritadi main hp terus, katanya perutnya sakit, istirahat aja gih.” Eyzar mengambil posisi duduk tepat di sebelah El sembari menyalakan televisi.
“Zar, minjem laptop dong,” ucap El tiba-tiba, dengan tatapan yang masih fokus pada ponselnya.
“Buat apa?”
“Gue mau ngerjain tugas, kata Karin deadline-nya besok dan gue males kalau ngerjainnya mepet besok, ntar pusing.”
Eyzar malah menggembungkan pipinya, tidak suka. “Kak El ini lagi sakit kok malah mau ngerjain tugas?!”
“Ya mau gimana lagi, daripada mepet besok.”
“Gak, gak boleh!” Eyzar menggelengkan kepalanya cepat. “Kak El gak boleh ngerjain tugas sekarang pokoknya.”
“Dih? Orang mau ngerjain kok dilarang? Udah ah gue ambil laptopnya di kamar lo ya.” Lantas El segera beranjak dari duduknya dan melangkah ke kamar Eyzar untuk mengambil laptop milik lelaki itu.
“Kak El yaampun ih.”
“Apaan?”
“Jangan sekarang, please...” Eyzar memajukan bibirnya dan hal itu tentu saja membuat El mati-matian menahan rasa gemasnya.
El terkekeh, “Udah, gapapa. Udah nggak terlalu sakit kok. Tugas doang mah bisa.”
“Beneran enggak sakit?” tanya Eyzar memastikan. Sedangkan yang perempuan hanya mengangguk sembari memberikan senyumannya, “Iya.”
“Yaudah kalau gitu biar Eyzar temenin Kak El nugas ya?” Eyzar memberikan cengiran nya.
“Hm.”
Sudah dua setengah jam El menghabiskan waktunya di depan laptop, berkutat dengan tugas yang diberikan dosennya beberapa hari yang lalu. Seharian ini, El sama sekali tidak ingat kalau dirinya masih memiliki tugas yang harus dikerjakan. Namun, pesan dari Karin tadi sore yang menanyakan tentang tugas terkait, otomatis mengingatkan El bahwa dirinya pun sama sekali belum mengerjakannya. Dan di sinilah ia sekarang, baru menyelesaikan tugas miliknya.
Saat menoleh ke samping, El baru sadar bahwa sedari tadi Eyzar nampaknya sudah masuk ke alam mimpi. Tepat di sebelahnya, dengan kepala yang tersandar di pundaknya. Anehnya, sedari tadi ia tidak merasakan pegal sedikitpun, padahal Eyzar jelas-jelas tidur di atas bahunya.
El terkekeh pelan, dan dengan lembut gadis itu meraih tangan Eyzar, “Zar?”
Masih tidak ada jawaban. Mata Eyzar masih tertutup rapat dengan rambut yang menghalangi matanya.
“Zar?” El memanggil Eyzar sekali lagi.
“Hmm...?” Eyzar membuka matanya pelan, dan melihat ke arah laptop yang sudah dalam keadaan ditutup. Lelaki itu sedikit menggeliat, “Udah beres?” tanyanya dengan suara berat khas orang baru bangun tidur.
“Udah. Tuh, udah jam 9 malem.”
“Oh? Iya?” Eyzar langsung membenarkan posisi duduknya. Lelaki itu tampak masih sedikit linglung. Dapat terlihat karena dirinya masih mengerjapkan matanya berkali-kali sembari memperhatikan jam dinding.
El beranjak dari duduknya, dan membuat Eyzar semakin bingung atas tindakannya, “Mau ke mana?” Suara Eyzar masih berat.
“Gue laper. Lo laper juga gak?”
Eyzar mengucek matanya yang masih terasa berat. “Iya, laper.” Tapi, setelah mengucapkan kalimat tersebut, Eyzar malah kembali merebahkan badannya di atas sofa dan kembali memejamkan matanya pula.
El menahan tawanya saat melihat Eyzar yang terlihat lapar tapi merasa mengantuk dalam waktu bersamaan. El meraih surai hitam milik Eyzar dan mengacaknya pelan seraya berkata, “Gue masak mie dulu ya, ntar kalau udah jadi mie nya gue bangunin lo,” ucapnya. “Lo ngantuk gini pasti gara-gara kecapean.” Sambung El sebelum akhirnya ia berjalan ke arah dapur.
Seperginya El, rupanya Eyzar sedikit membuka matanya perlahan. Bahkan, anak laki-laki itu menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum. Merasa salah tingkah saat El mengacak rambutnya pelan. “Kak El kayak yang tsundere.” Lagi-lagi, Eyzar tersenyum senang dan kembali memejamkan matanya.