Peluk


El yang sudah memantapkan hatinya kini berjalan ke tempat yang Eyzar sebutkan tadi, belakang villa. Setau El, tempat itu hanyalah tempat luas yang dipenuhi dengan rerumputan hijau dan banyak pepohonan di tiap-tiap ujungnya sebagai pembatas.

El meremas erat kain rok nya. Jujur saja, saat ini gadis itu merasakan kalau jantungnya berdegup lebih kencang daripada biasanya. Jelas sekali, hal itu karena sebentar lagi ia akan jujur tentang perasaannya.

Sampailah di belakang villa, El dapat melihat Eyzar dan Sadam sedang asik berbincang-bincang di bangku yang terbuat dari kayu, yang tak lama kemudian keduanya pun sadar akan kedatangan El. Eyzar langsung mengalihkan muka nya ke arah lain sembari menggigit bibir bawahnya. Lelaki itu tampak merasa gugup juga. Sedangkan Sadam, lelaki itu malah tersenyum lebar memperhatikan El yang semakin mendekat.

“Eh, Kak El akhirnya dateng juga. Ini nih Eyzar daritadi—”

“Bisa minta waktu buat gue sama Eyzar berdua, Dam?” potong El cepat.

Sadam tertawa, “Ga ah, gue mau liat dong kalian jadiannya gimana. Biar gue juga gampang ntar kalau mau pdkt-an sama cewek, hehehe.” Sadam malah memberikan cengiran nya.

El berdecak pelan, “Mending lo bantuin yang lain aja dah, tuh mereka lagi pada nyiapin buat bakar-bakaran ntar malem.”

“Ah gamau ah males.”

“Sadam.” Lantas, El mulai melayangkan tatapan tajam khasnya.

Melihat tatapan cukup menyeramkan itu, Sadam tertawa canggung, “I-iya, iya, oke, gue pergi, haha, bye, permisi, gue pamit hehe.”

Setelah kepergian Sadam, El tidak langsung duduk. Dia malah menatap Eyzar dengan tatapan sulit diartikan sembari berdiri.

Eyzar yang merasa dirinya ditatap merasa salah tingkah. Lelaki itu berkali-kali merapikan helai rambut miliknya yang padahal tidak menghalangi mata. Eyzar hanya ingin menghilangkan rasa saltingnya.

“Jadii??? Gimana?” tanya Eyzar ragu-ragu sembari mengigit bibir bawahnya. Lantas, ia menyengir malu sembari mengerjapkan matanya.

El menghela napas panjang. Lalu, El malah mulai memukul Eyzar dengan tangan kosongnya.

“Gimana gimana enak aja ya lo gue masih kesel sama lo!”

“Aw aduh aduh kak el sakit ih.” Eyzar berusaha menghindar dari pukulan El.

“POKONYA GUE MASIH KESEL SAMA LO! Kan udah gue bilang jangan buka twitter gue, tapi lo malah ngebajak Twitter gue, ish.”

“Aw, I-iya maaf kak el eyzar salah iya maaf—Aw! Kak El udahan atuh mukulin Eyzar nya ih pukulan kak El tuh sakit tauu.”

“Gak! Gue masih kesel!”

“Shh aduh kak El ih, amp—AH AH! KAK EL PEREUS ATUH IH JANGAN KENCENG KENCENG MENI KAYAK LAGI MUKUL KE MUSUH INIMAH,” keluh Eyzar.

El berdecak. Gadis itu mulai berhenti memukuli Eyzar. Sedangkan Eyzar masih mengusap ngusap bahu dan lengannya yang terasa sakit karena pukulan dari El.

Tiba-tiba, El menarik Eyzar sehingga lelaki itu berdiri. Lantas, El mulai sedikit mencengkram kerah kaos Eyzar, dan makin mendekatkan posisinya.

“K-kak El apaan kok tiba-tiba?” Eyzar mengerjapkan matanya.

El masih melayangkan tatapan tajamnya ke arah Eyzar.

Eyzar yang merasa salah tingkah karena jarak keduanya semakin mendekat, perlahan melangkahkan kakinya mundur. Namun percuma saja, karena setiap Eyzar melangkah mundur, El akan melangkah maju.

“Kak El ish, apaan ini kok tiba-tiba? Posisi nya ambigu banget Kak El ini kedeketan. Ntar kalau ada orang yang liat malah salah paham loh.” Eyzar memberi alasan agar bisa lepas dari situasi itu.

Namun Eyzar hanya bisa melangkah mundur, mundur, dan mundur. Hingga punggung lelaki itu kini telah menyentuh tembok.

“K-kak El...?” Eyzar mengangkat salah satu alisnya, agak tidak mengerti dengan perlakuan El saat ini.

“Lo mau dapet jawaban apa dari gue?” El masih mencengkram kerah kaos Eyzar.

“Apa? Eyzar? Jawaban dari Kak El? Mmm—”

“Gausah mikir panjang dulu.”

Eyzar menghela napas, “Ya, Eyzar pengen Kak El jujur sama perasaan Kak El sendiri aja sih. Eyzar gak bisa maksa Kak El buat nerima Eyzar kalau misalkan Kak El engga mau. Tapi Eyzar harap Kak El udah pikirin baik-baik dan keputusan yang Kak El buat itu gaakan Kak El sesali kedepannya.”

Mendengar tanggapan dari Eyzar barusan, El menarik kedua sudut bibirnya. Gadis itu tersenyum tulus, “Udah gue duga lo pasti ngomong gitu.” El menghela napas, “Jadi kalau gue nolak lo, lo gapapa?”

Eyzar meneguk ludahnya, gugup, “Y-ya gimana ya, sejujurnya kalau Kak El nolak Eyzar pasti Eyzar ngerasa sedih sih, tapi gapapa, Kak El gausah peduliin perasaan Eyzar. Pokoknya yang penting Kak El jujur sama perasaan sendiri aja, itu udah bikin Eyzar seneng.”

El terkekeh pelan. Lagi-lagi gadis itu dibuat kagum dengan apa yang diucapkan Eyzar.

Hening beberapa saat.

“Gue suka sama lo!” ucap El dengan cepat.

Eyzar yang agak terkejut, hanya mengerjap-ngerjapkan matanya, “Hah?!”

El menghela napas panjang, lantas memejamkan matanya, dan berbicara dengan kecepatan yang sangat tinggi. “Gue suka sama lo! Gue mau jadi cewek lo! I wanna be your girlfriend and I want you to be my boyfriend! Gue udah lama suka sama lo tapi gue selalu ragu sama perasaan gue sendiri! Gue juga pengen lo jadi punya gue, tapi gue sadar kalau lo juga punya dunia sendiri. Gue mau lo bahagia, tapi gue bingung gimana cara ngasih kebahagiaan ke lo. Gue mau lo! Gue mau lo, Eyzar! Gue mau lo jadi milik gue! Mulai sekarang gue punya lo, lo punya gue! Gue gak tau mau ngomong apa lagi tapi yang jelas itu perasaan gue yang sebenernya!”

Hening.

Tidak ada tanggapan dari Eyzar. El yang masih memejamkan matanya itu masih tidak berani membuka matanya. Rona merah pun kini muncul di pipinya.

Samar-samar, El mendengar Eyzar terkekeh pelan.

“Jawab dong! Jangan diem aja,” seru El.

Lagi-lagi, Eyzar terkekeh pelan, “Buka dulu dong itu matanya, masa Eyzar ngobrol sama orang yang lagi pereum?”

El menggeleng keras, “Gak! Sejujurnya gue malu, gue pengen ngehilang aja lah, gatau lagi lah males banget ini gue malu.”

Kini, Eyzar malah tertawa. “Buka dulu ih matanya, sini liat ke Eyzar.”

“Gak.”

“Buka matanya Kak El... Yuk bisa yuk gausah malu Eyzar gaakan gigit,” canda Eyzar.

Akhirnya, dengan ragu-ragu dan perasaan yang semakin tidak menentu, El membuka matanya perlahan. Perlahan, hingga akhirnya ia bisa melihat wajah Eyzar dengan jelas. Dan El baru sadar, kalau wajah lelaki itu tampaknya semakin menawan apabila dilihat dari jarak sedekat ini.

Sadar kedua tangannya masih mencengkram kerah kaos Eyzar, El segera melepaskannya dan mundur beberapa langkah.

Namun, kini keadaan menjadi berbalik. Eyzar malah meraih kedua bahu El, lantas menahan posisinya agar tetap berhadapan dengan dirinya. “Jangan pergi dulu, Eyzar masih mau liatin wajah Kak El dari deket.” Netra lelaki itu pun kini bertemu dengan netra penuh binar dari gadis di hadapannya.

Perlahan, El melangkah mundur.

“Gausah mundur, Eyzar gaakan macem-macem kok.”

“Yaudah lepasin ini bahu gue jangan ditahan.”

Eyzar terkekeh, “Gamau. Kalau Eyzar lepasin pasti Kak El langsung kabur.”

Eyzar masih menatap El dengan lamat. Lelaki itu terkekeh pelan, lantas menggigit bibir bawahnya sembari tertawa samar, “Kak El saltingnya gausah ditahan. Itu muka Kak El udah merah banget.”

“Diem gak lo.” El membuang mukanya, menghindari kontak mata dengan Eyzar.

Lagi-lagi, Eyzar hanya tertawa gemas. “Lucu banget pacar Eyzar ini, ish.”

“Dih?” El pura-pura tidak suka.

“Halaah, gausah dih dih an lah, baperr mah bilang aja baper.” Rasanya, Eyzar semakin ingin menggoda gadis yang ada di hadapannya itu.

“Yaudah ah udah beres kan urusan kita? Gue mau bantuin yang lain,” ujar El, berusaha melepaskan diri dari pertahanan kukuh Eyzar.

“Gausah, gapapa, Kak El di sini aja dulu sama Eyzar.”

“Yaudah lepasin gue!”

Akhirnya dengan sekuat tenaga, El berhasil melepaskan diri dari Eyzar. Eyzar lagi-lagi hanya terkekeh melihat El yang wajahnya semakin merah padam.

El menjauh beberapa langkah dari Eyzar. Namun, Eyzar malah mendekati posisi El lagi.

“Diem lo sana jangan deket-deket.”

Eyzar memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, “Hm? Masa sama pacar sendiri gak boleh deket-deket sih?”

“Dahlah terserah pokonya jangan deket-deket.”

“Jangan deket-deket soalnya ntar Kak El makin salting ya?” Eyzar menaikturunkan alisnya.

“Diem Eyzar ahhh!!!!” El mengacak rambutnya frustasi. Gadis itu benar-benar tsundere.

Eyzar tertawa. “Cie salting ciee.”

“Diem!”

El terus-terusan menghindar dari Eyzar. Namun tetap saja, laki-laki itu mengikuti kemanapun El melangkah. Hingga akhirnya, El mulai kelelahan.

“Stop, Eyzar stop!”

Kini mereka berdua berdiri berhadapan dengan jarak kisaran satu meter.

“Gue capek ya. Lo harus bersyukur karena hari ini gue berhasil buang rasa gengsi gue. Gue cuman minta satu hal buat kali ini aja jangan deketin gue dulu, gue masih malu,” jelas El panjang lebar.

Namun, lelaki bertubuh tinggi itu malah memberikan senyuman lebarnya, dan malah merentangkan tangannya lebar-lebar. “Mau peluk,” kini senyuman lebar berubah menjadi cengiran.

“Gue bilang jangan deket-deket kok lo malah minta peluk?! Sumpah gak ngotak banget lo.”

“Hehehe, sekaliii aja sekaliii,” Eyzar mendekat ke arah El.

“GAK! Gue bilang enggak ya enggak!”

“Please...” Eyzar masih berusaha menangkap tubuh El yang terus-terusan menghindar.

“Gak mau ejaaar!!! Gamau—Ahh!”

El berhasil masuk ke dalam dekapan Eyzar. Gadis itu memberontak, namun Eyzar tidak membiarkannya lepas dari dekapannya.

“Bentar aja Kak El,” lirihnya pelan.

“Gamau! Eyzar, gue marah sama lo.”

“Gapapa, paling marahnya juga gaakan lama-lama.”

“Terserah pokonya gue kesel sama lo ah Eyzar kenapa sih lo tuh bisa bisa nya bikin gue malu kayak gini. For the first time ini kayanya gue malu banget depan orang, gatau lah ini gue gangerti perasaan apa tapi yang jelas gue—”

“Sshh, udah jangan misuh-misuh terus ih, jatohnya malah gemes bukannya serem sekarang mah,” potong Eyzar sembari meletakkan telunjuknya di bibir El.

El terdiam. Gadis itu menghela napas berat. Mau tidak mau, El hanya bisa diam dan membiarkan Eyzar mendekapnya dengan erat.

“Berarti Kak El gaboleh ninggalin Eyzar ya? Kan Kak El udah punya Eyzar sekarang.”

El memutar bola matanya, “Hm.”

Perlahan, Eyzar mulai melepaskan pelukannya, “Eyzar juga janji gaakan ninggalin Kak El. Eyzar janji bakalan selalu ada buat Kak El kapanpun dalam kondisi apapun. Eyzar janji...”

Kini, Eyzar menatap El dengan lamat. Berharap kalau kebahagiaan ini akan berjalan lama sesuai keinginannya. Lelaki itu bahkan berharap kalau takdir baik akan selalu menghampiri keduanya. Namun Eyzar sadar, seseorang pasti akan mengalami masa-masa sulit. Dan Eyzar harap, kalaupun masa sulit itu menghampirinya, Eyzar masih memiliki seseorang yang bisa menjadi alasan bahagianya.

Saat itu mereka tidak sadar. Kalau janji manusia tetaplah janji yang bahkan belum tentu ditepati. Hanya Tuhan yang tahu, takdir mereka akan berjalan seperti apa. Sebagai manusia mereka hanya bisa berharap, dan memasrahkan semuanya pada yang maha kuasa.

“Eyzar harap Eyzar bisa nepatin janji itu, Kak El. Walaupun Eyzar agak ragu, tapi Eyzar akan berusaha.”