Kok Gitu?!

Suara alarm pagi itu, terasa menusuk masuk ke pendengaran El yang masih terlelap. Otomatis membuat gadis itu membuka kelopak matanya secara perlahan, dan mulai bangun dari tidurnya. Samar-samar El memperhatikan keadaan, rupanya saat ini dirinya sudah ada di kamar yang dulunya adalah kamar Ellyna. Ah, dia baru ingat kalau kemarin ia memang berniat untuk menginap di rumah Eyzar.

“Eh? Tunggu?”

El mengerjapkan matanya berkali-kali. Gadis itu mengingat-ngingat apa yang terjadi malam kemarin. Seingatnya, dirinya dan Eyzar kemarin asik menonton di ruang tengah, dan setelah itu El tidak mengingat apa-apa lagi.

“Kayaknya gue ketiduran di sofa deh kemarin. Kok tiba-tiba ada di sini ya?” gumamnya pelan.

Namun karena tidak ingin berlama-lama dalam pikirannya, El langsung menuju kamar mandi, bersih-bersih diri, lantas segera menuju ke dapur dengan niatan untuk membantu Bi Ira yang mungkin sudah mulai memasak.

Benar saja, saat sampai di dapur, El sudah menemukan Bi Ira dengan celemek yang digunakannya.

“Bi, biar El bantu masak ya?” pinta El saat menghampiri wanita paruh baya itu.

Bi Ira menoleh ke arah El, “Eh nggak usah, Neng. Biar bibi aja.”

El tersenyum, “Ga apa-apa, Bi. Kan El juga mau masakin makanan buat Eyzar,” El menaikturunkan alisnya, lantas tersenyum canggung ke arah Bi Ira.

“Hahaha! Aduh Neng El teh ternyata pengen masakin makanan buat dek Eyzar juga ya. Yaudah deh boleh kalau gitu bantu bibi masak yuk sini.”

Akhirnya keduanya masak bersama-sama. Sesekali, Bi Ira melontarkan pertanyaan yang kemudian dijawab oleh El dengan ramah. Dan disaat-saat seperti itu, El selalu merasa senang. Hal sekecil itu tentu saja dapat menghangatkan perasaan El yang belakangan ini selalu merasa kesepian karena tak memiliki siapapun di dalam kehidupannya. Namun bersama Bi Ira, El merasakan bahwa ternyata diperhatikan oleh seseorang rasanya memang semenyenangkan ini. El merasakan bahagia, bahagia yang sederhana.

“Pagi, Bi Ira! Pagi, Kak El!”

Sapaan serak itu, membuat kedua perempuan yang ada di dapur menoleh secara bersamaan ke sumber suara. Mereka mendapati Eyzar yang kini duduk di meja makan dengan mata yang masih terlihat mengantuk.

Kak El menghela napas, menggelengkan kepalanya, “Kalau masih ngantuk kenapa ke sini coba? Tidur lagi aja gih bentar. Lagian masih lama kan sekolahnya juga.”

Eyzar berdiri, lantas mendekat ke arah El dan memperhatikan apa yang dilakukan gadis itu dengan lekat. “Gapapa. Eyzar pengen liat Kak El masak,” godanya.

El tersenyum. Gadis itu tersenyum sangat tipis. Bahkan, Bi Ira dan Eyzar pun mungkin tidak menyadari bahwa El sedang tersenyum karena ucapan Eyzar barusan.

Bi Ira yang melihat interaksi Eyzar dan El hanya menggelengkan kepala. Lantas tiba-tiba muncul sebuah ide untuk membiarkan keduanya bersamaan di dapur ini tanpa ada yang mengganggu. Akhirnya, Bi Ira mencari alasan untuk bisa meninggalkan El dan Eyzar di dapur berduaan.

“Neng Elvaara bisa masak sendiri kan ya? Bibi lupa nih masih banyak banget setrikaan di sana. Kalau Bibi tinggal dulu boleh kan?”

El mengangguk, “Iya, Bi. Gapapaa, biar El aja yang beresin masaknya,” sahut El sebelum akhirnya Bi Ira melangkah pergi dari dapur.

Dan kini, hanya tersisa El dan Eyzar di dapur itu. Berdua. El yang asik memasak, serta Eyzar yang asik menatap El dari belakang dengan senyuman yang terpancar di wajahnya.

“Eh iya, Zar.”

“Hmm???” Eyzar baru saja sadar dari lamunannya yang sedari memperhatikan El secara lekat. Wajahnya polos, sembari matanya berkedip beberapa kali.

Gemes banget yaampun. Batin El.

El menghela napas, “Seinget gue kemarin gue ketiduran di sofa deh? Kok tadi pagi tiba-tiba gue udah ada di kamar?” tanyanya.

“Aahhh itu,” Eyzar mengulum bibirnya, lantas melanjutkan kalimatnya, “Kemarin Eyzar enggak tega ngeliat Kak El ketiduran di sofa. Jadi Eyzar gendong Kak El, terus Eyzar bawa ke kamar deh... Hehehe...?” Di akhir kata, Eyzar tampak ragu, karena tiba-tiba El menatap dirinya dengan tajam dan dingin.

“Lo tau kan kalau cowok ke kamar cewek dan isinya berduaan tuh ga aman?”

Eyzar terkejut, “T-tapi kan Eyzar enggak ngapa-ngapain, Eyzar cuman naro Kak El di kasur, udah gitu udah Eyzar langsung keluar. Serius!!!” Eyzar melayangkan dua jarinya membentuk huruf V.

El mengangkat salah satu alisnya. “Tetep aja.” Lantas, gadis itu membuang muka dari pandangan Eyzar. “Lain kali gausah.”

“Kak El marah?!?! Kak El sumpah ih Eyzar ngga ngapa ngapain yaampun! Kak El masa ga percaya sama Eyzar?? Eyzar kan anak baik-baik ga mungkin ngelakuin yang aneh-aneh.”

El tidak menghiraukan laki-laki di sampingnya. Dan tiba-tiba sebuah ide muncul di pemikiran isengnya. “Gue gaakan pernah nginep di sini lagi,” ucapnya dingin.

“KOK GITU?!!! KAK EL KOK GITU SIH?!?!”

“Ya abisan gue gamau suatu hari lo ngelakuin yang aneh aneh ke gue. Gue gamau ya, sorry.”

“Kak El yaampun serius Eyzar enggak akan berani ngapa-ngapain Kak El! Kak El jangan gitu dong nanti kalau misalkan Eyzar kesepian di rumah ini gaada yang nemenin gimana? Kak El mau Eyzar sedih iya? Kak El kok jahat sih?! Ga suka sumpah ah gatau Eyzar ngambek!”

Eyzar memojokkan dirinya yang jatuhnya malah membuat El semakin gemas.

“Gila! Gabisa gue gabisa liat Eyzar gemes gini yaampun!” batin El menjerit kala itu. Namun, ekspresi wajah yang tampak pada muka El hanyalah ekspresi dingin dan cuek khasnya. Padahal gadis itu mati-matian menahan rasa gemasnya.

El diam, dia masih pura-pura bersikap tidak peduli.

“Kak El ini Eyzar nya ngambek, lho! Kok malah didiemin, ini Eyzar ngambek nih sama Kak El!!!”

“Gausah ngambek elah. Cepet sekolah tuh bentar lagi telat.”

Eyzar menggembungkan pipinya lucu, “Eyzar enggak akan siap-siap ke sekolah sebelum Kak El tarik kata-kata Kak El yang bilang gaakan pernah nginep di sini lagi! Pokoknya Kak El nggak boleh gitu ah nyebelin banget gasuka.”

Lagi-lagi El menoleh ke arah kanan sehingga Eyzar tidak bisa melihat ekspresi wajahnya yang lagi-lagi sedang menahan tawa melihat tingkah Eyzar itu. Bisa gilaaaa!!! El memejamkan matanya erat sembari menggigit bibir bawahnya dan tertawa pelan.

“Kak El ih...? Eyzar kan cowok baik-baik, serius deh! Eyzar gaakan ngelakuin hal-hal aneh, apalagi sama Kak El...” Eyzar masih cemberut.

El terkekeh, “Yaudah.”

“Yaudah apa?”

“Yaudah oke.”

“Oke apanya ih Kak El kalau ngomong tuh yang jelas. Ih ini kenapa sih hari ini Eyzar sensi banget ya ga sih? Aneh gatau ah.” Eyzar pun nampaknya bingung dengan sikap dirinya sendiri di pagi ini.

Lagi-lagi El hanya terkekeh pelan, “Yaudah iya gue tarik kata-kata gue yang tadi. Nanti kalau lo ngerasa sepi di rumah ini, gue bakal nginep lah sesekali di sini.”

“Nah gitu dong daritadi!” Eyzar memberikan cengiran lucunya.

“Yaudah sana siap siap sekolah.”

“Siaaaap, Bu Bos!!!”