Hangat
Entah mengapa, namun air mata El masih tidak bisa berhenti mengalir sedari tadi. Mata gadis itu sangat merah saat ini. Belum lagi pipi nya yang semakin basah karena air mata yang belum diusap. Muka nya begitu kusut, begitupun hatinya. El hanya menatap Eyzar sembari memegang tangannya dengan harapan Eyzar akan segera bangun dari tidurnya.
Namun perlahan, gadis itu merasa lelah dengan semuanya. Tampaknya matanya begitu terasa berat, bahkan untuk berkedip saja rasanya sulit. Ah, ini pasti karena hari ini dia menangis begitu sering. Hingga akhirnya, gadis itu pun tertidur dengan posisi kepala disamping badan Eyzar yang terbaring.
Sakit.
Itulah yang dirasakan Eyzar saat ini.
Bahkan, untuk membuka mata saja rasanya sangat sulit.
Mata Eyzar masih terpejam, namun semua rasa sakitnya kini semakin menjadi-jadi. Ia seakan-akan merasakan kalau tangan dan kaki kanannya sedang dicabik-cabik. Bahkan, kepalanya begitu terasa sangat sakit.
Perlahan, namun pasti. Lelaki itu terus berusaha untuk membuka matanya. Remang-remang cahaya pun perlahan dapat ia lihat. Walaupun semuanya masih terlihat buram, namun benar saja dugaan Eyzar, kalau saat ini dirinya sedang berada di rumah sakit.
Eyzar berhasil membuka matanya. Walaupun merasa lemah, lelaki itu masih meraba-raba situasi. Ah, akhirnya lelaki itu mengingat kejadian kemarin malam, di saat dirinya terpelanting keras dari motor karena mendadak mengalami kecelakaan yang tidak terduga.
“Artha?”
Benar. Kini pikiran lelaki itu langsung tertuju pada Artha. Ingin sekali rasanya Eyzar bertanya pada siapapun yang ada di sana, tentang bagaimana kondisi Artha saat ini.
Namun, disaat Eyzar menoleh ke arah kiri, lelaki itu merasakan hatinya begitu luluh. Ia dapat melihat El yang tertidur pulas, dengan mata bengkak dan pipi yang masih basah.
“Kak El kayak abis nangis, terus ketiduran...” batin lelaki itu, masih tidak kuat untuk bersuara.
Perlahan, lelaki itu tersenyum. Melihat El ada di sampingnya disaat ia baru membuka mata, membuat hatinya begitu hangat.
Lantas lelaki itu dengan susah payah berusaha menggerakkan tangan kirinya yang dibalut dengan infus. Dengan lembut, Eyzar mengusap rambut El yang masih tertidur pulas. Bahkan, ia pun mengusap pipi El dan menghapus air matanya. Lihat, bahkan sedang dalam kondisi tidur pun, El masih menangis.
Dengan sekuat tenaga, Eyzar berusaha bersuara.
Hingga akhirnya, suara berat khas miliknya dapat terdengar oleh El.
“Kak El...” ucap Eyzar, disertai usapan lembut di rambut El.
El membuka mata perlahan. Dan tepat disaat matanya seratus persen terbuka, El benar-benar terkejut.
“Eyzar?!”
Lelaki itu hanya tersenyum. “Gausah nangis lagi, Eyzar ga kenapa-napa, Kak El...”
Bukannya menjawab, El malah langsung memeluk Eyzar tanpa diaba-aba. Gadis itu memeluk tubuh Eyzar yang masih terbaring di sana. Sedangkan Eyzar yang sedikit terkejut, lagi-lagi hanya tersenyum dan membalas pelukan El dengan lembut.
Eyzar menepuk-nepuk pundak El, “Shh udah gausah nangis, Kak El.”
Namun, semakin Eyzar berkata seperti itu, tangisan El semakin menjadi-jadi. Gadis itu belum bisa menghentikan tangisannya. Bahkan kalau diizinkan, El ingin sekali bertahan dalam posisi ini lebih lama. Hangat, begitu hangat. Berada di dalam pelukan Eyzar, ternyata rasanya sehangat ini. Dan hal itu tentu saja semakin membuat El merasa haru.
Setelah 15 menit berlalu, akhirnya El melepaskan pelukannya. Gadis itu mengusap muka nya yang sangat basah karena air mata.
“Sorry, gara-gara gue baju lo jadi basah,” ucap El sembari sedikit memalingkan muka nya agar tidak bisa diliat oleh Eyzar kalau mukanya begitu kusut.
Eyzar terkekeh pelan, lantas tersenyum. “Mau nangis di pelukan Eyzar lagi juga boleh kok. Sini, Eyzar masih mau peluk Kak El.”
El berdecak. “Jangan gitu, gue malu.”
Eyzar tersenyum. “Udah ya, kalau gamau dipeluk Eyzar lagi, berarti gaboleh nangis lagi. Kan Eyzar nya udah bangun.”
El diam. Gadis itu sedikit menunduk. “Lo sih, pake sok-sok an ngebut di jalanan malem-malem. Ga liat kanan kiri lagi,” ucap El kesal.
“Yang udah berlalu udah biarin aja. Lagian ini buktinya Eyzar ga kenapa-napa.”
“Ga kenapa-napa gimana? Itu badan lo luka-luka kayak gitu, emangnya ga sakit apa? Dasar.”
Eyzar terkekeh pelan. Gemas sekali rasanya melihat El terang-terangan merasa khawatir padanya. “Sakit sih, tapi karena ada Kak El di sini jadi sakitnya nggak terlalu kerasa.”
“Malah bucin,” decak El tidak suka.
“Biarin lah, orang bucin ke pacar sendiri, masa ga boleh??” sahut Eyzar jahil.
“Ck. Dahlah males. Gue mau ke kamar mandi dulu.”
“Ngapain?” tanya Eyzar saat El mendadak berdiri dan sedikit berbalik badan hendak meninggalkannya.
“Gue mau cuci muka. Muka gue jelek banget sekarang. Gara gara lo sih.”
Eyzar terkekeh pelan. “Yaudah, sana, tapi jangan lama lama ya.”
“Iya.”
“Kalau udah dari kamar mandi langsung ke sini lagi ya?”
“Iya, Eyzar.”
“Awas loh kalau tiba-tiba ninggalin Eyzar.”
“Iya, Eyzar, yaampun bawel banget sih lo.”
Lantas El pun segera keluar dari kamar rawat Eyzar. Meninggalkan Eyzar yang masih senyum-senyum sendirian. Salting.