D-Day!

“Simpen dulu hp nya, Zar,” peringat Dhaka dengan suara yang sangat pelan.

“Iya, bang, iya.” Eyzar menurut, lantas segera menyimpan ponsel nya ke dalam saku celananya.

Dhaka menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lagian lo ngadi-ngadi banget, bentar lagi akad malah main hp dulu.”

Eyzar meneguk ludahnya, “Ya maaf, bang. Lagian sekarang masih sambutan juga kan,” bela Eyzar.

“Yaudahh sok sekarang perhatiin dulu, kayaknya bentar lagi masuk ke acara inti.”

Eyzar menarik nafasnya dalam-dalam. Kembali duduk tenang dan memperhatikan pihak yang sedang berbicara di depan. Bahkan, sesekali lelaki itu menghela napas resah. Namun, dengan adanya Dhaka di sampingnya, lelaki itu sedikit merasa tenang.

Sementara di ruangan lain, Elvaara sedikit mengintip dari pintu. Gadis itu nampaknya merasa gugup, melihat suasana di luar sana yang semakin serius. Gadis itu perlahan kembali duduk di depan cermin yang disediakan.

“Tenang, El, tenang. Lo mau minum dulu?” tanya Karin yang sedari tadi setia menemani El di dalam.

El menggeleng pelan, “Gausah, Rin, makasih.”

“Yaudah oke.” Lantas beberapa detik kemudian, Karin malah tertawa. “Yaampun, El, lo keliatan tegang banget sih yaampun ngakak banget gue ngeliatnya.”

“Sutt ah udah jangan bikin gue nambah degdegan.”

Karin masih tertawa. Sementara El masih berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

Di luar sana, penghulu sudah mulai berbicara. Kata demi kata telah penghulu ucapkan. Kini Eyzar sudah saling bersalaman dengan pihak KUA yang telah disepakati untuk menjadi wali nikahnya El. Lantas, dengan perlahan, dan sedikit rasa gugup dalam diri Eyzar, lantunan akad pun selesai ia bacakan.

“Sah?!”

“SAH!!!!”

“ALHAMDULILLAAH!!!”

Sorak sorai orang-orang yang hadir saat itu membuat Eyzar merasa haru. Lelaki itu menutup muka dengan kedua tangannya. Ucapan syukur terus keluar dari bibirnya. Kini, dia dan gadis kesayangannya telah dipersatukan oleh ijab qabul yang telah dirinya lantunkan.

Sekarang, kembali dengan El yang masih berdiam diri menatap dirinya di cermin. Tiba-tiba gadis itu terkejut saat Karin mendadak berteriak kegirangan.

“El! Udah, El!!!” Karin mendekati El, dan mengajaknya untuk segera berdiri.

“Apaan?”

“Akadnya udah beres, El! Lo sama Eyzar udah sah!”

El sontak membelalakkan matanya, “S-serius...?”

“Iyaaa!!! Gue serius, El! Kalian udah resmi jadi pasangan suami istri!!!” Karin masih menampakkan wajah bahagianya.

“I-ini beneran, kan...? Ya Allah, bentar...” Tiba-tiba El merasakan matanya berkaca-kaca. “Rin, yaampun, gue minta tissue dong tolong.”

“Aaah, El, lo kenapaa nangiss, udah udah ini tissue nya.” Karin langsung menghambat tubuh El dan memeluknya. “Udah udah jangan nangis dulu, ntar make up nya luntur gimana?”

El menghela napas dengan susah payah. “Hhh bentar. Nah udah.” Gadis itu dengan cepat kembali menenangkan dirinya.

“Yaudah yuk, sekarang lo keluar, Eyzar pasti udah nunggu.” Karin mengajak El untuk segera keluar bersamanya. Sementara El hanya mengangguk, tersenyum, lantas memantapkan hatinya, untuk segera bertemu dengan pasangan sahnya.

El dengan gaun putih yang menjuntai panjang, berjalan dengan betapa anggunnya. Dengan Bi Ira dan Karin yang berada di sampingnya, El tersenyum menatap Eyzar dari kejauhan.

Melihat kemunculan El, Eyzar langsung berdiri, lelaki itu menatap pasangannya yang sedang berjalan ke arahnya. Dengan sedikit rasa gugup, Eyzar tersenyum dan sabar menunggu El sampai di genggamannya.

“Zar, jangan lupa ngedip.” Dhaka sedikit ngakak saat melihat Eyzar yang sedari tadi hampir tidak berkedip saat memperhatikan El.

“E-eh, i-iya, bang, hehe.” Lelaki itu meneguk salivanya.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya El dan Eyzar telah berhadapan. Sang mempelai pria mengulurkan tangannya untuk segera menggandeng wanitanya. Dan El, dengan sedikit malu-malu, membalas uluran tangan Eyzar.

“Baik. Sekarang kalian berdua boleh saling memasangkan cincin,” ucap sang penghulu saat Eyzar dan El sudah kembali duduk di hadapannya.

Eyzar menahan senyumannya. Laki-laki itu masih tidak ingin terlihat salting di depan banyak orang.

“El, tangan kamu...”

“Eh, oh, iya.” El yang masih celingukan membuat Eyzar merasa gemas. Dan akhirnya, gadis itu segera memberikan tangannya untuk segera dipasangangkan cincin pernikahan yang telah Eyzar siapkan.

Cincin itu sukses melingkar di jari manis El dengan cantik. Lantas Eyzar tersenyum dan menatap El dengan lamat. “Salim dulu dong,” ucap Eyzar dengan tersenyum jahil.

“Ah, i-iya oke.” El menurut, dan akhirnya gadis itu mencium tangan lelakinya dengan begitu tulus.

Lantas, tepuk tangan dan sorak sorai tamu undangan yang hadir saat itu terus memenuhi gedung pernikahan yang sangat mewah.

Kini, pasangan suami istri berjalan ke pelaminan dengan bergandeng tangan. Sukses membuat orang iri melihat keromantisan keduanya.

“Gila gila, Zar!!! Lo keren banget tadi pas lagi akad! Woy, doain gue biar cepet nyusul ya, Zar.” Sadam yang paling pertama menyalami Eyzar dan El terus mengoceh tentang betapa kerennya Eyzar saat akad.

Di sisi lain, Karin tak henti-henti nya memeluk El dengan rasa haru dan bangga pada sahabat satu-satunya itu. “EL!!! AHHH GILA GILAAAA TEMEN GUE UDAH NIKAH AJAA YA ALLAAH!!!”

“Congrats ya, Zar. Semoga samawa deh,” ucap Reza saat dia mendapatkan giliran untuk bersalaman dengan pengantin.

Dan kini, Artha telah sampai pada gilirannya.

Peluk khas lelaki pun akhirnya Eyzar dan Artha lakukan.

“Zar, jujur, gue bingung mau ngomong apa. Tapi selamat ya! Semoga sakinah mawaddah warohmah. Semoga jadi keluarga bahagia, sehat sehat selalu ya lo sama kak el. Meskipun lo udah nikah, jangan pernah lupain gue sama yang lain ya, ntar kapan-kapan kita nongkrong bareng lagi kayak biasa. Mmm apa lagi ya, ya intinya gitu deh, Zar. Semoga lo dan keluarga selalu diberkahi ya, Zar.”

Eyzar tersenyum. “Aamiin, makasih, Ar.”

Begitupun seterusnya. Para tamu undangan terus berdatangan kepada mereka termasuk Melan dan Reina yang hadir saat itu juga, sekadar memberikan selamat dan memberikan do'a-do'a terbaiknya. Hingga akhirnya, saat tidak ada lagi tamu undangan yang mengantri untuk bersalaman, Eyzar dan El baru bisa duduk dengan tenang.

El dan Eyzar saling bertatapan. Lantas keduanya pun malah terkekeh bersamaan.

“Yaampun, sayang, ini serius kita udah halal?” Eyzar tertawa pelan.

El terkekeh. “Iya, sayang.”

Lantas, entah mengapa, dipanggil 'sayang' saat keduanya sudah halal, rasanya lebih membuat hati merasa senang.

Perlahan, Eyzar mendekat ke arah El, menatap binar mata indah wanitanya dengan lekat. Jarak antar keduanya kini telah terkikis.

“Kita udah halal kan?” tanya Eyzar, kali ini dengan mimik muka yang agak serius.

“I-iya, Zar.” El tentu saja merasa gugup karena ini adalah jarak yang terlalu dekat.

“Berarti... Udah boleh dong, sayang?” tanya Eyzar lagi, kali ini dengan senyuman yang sulit diartikan.

“A-apanya yang boleh?” El semakin gugup dibuatnya.

Eyzar terkekeh pelan. Lantas, lelaki itu menatap bibir El dan matanya secara bergantian. Oh, nampaknya lelaki itu ingin memberikan kode kepada pasangannya.

“Eyzar ih!” El sedikit menjauh.

Eyzar tertawa, puas.

“Boleh sih boleh, tapi jangan di sini juga lah!” El semakin merasa salah tingkah.

“Kenapa ga boleh? Kan udah halal, hm?” Melihat El yang gugup begitu gemas, akhirnya lelaki itu tak ingin menghentikan kejahilannya.

“I-iya boleh, tapi ntar aja.”

“Ntar aja kapan?” Masih, lelaki itu masih ingin membuat El salah tingkah.

“Ntar aja di rumah. Ah udah ah Eyzar, diem dulu kamu nya.”

Melihat muka El yang semakin memerah, Eyzar malah semakin mengeluarkan tawanya. “Lucu banget istri Eyzar.”

“EYZAR!!!” El semakin berteriak.

“Hahahahahaaa! Yaudahh iya ini aku diem nih. Hahahaa, gemes banget sih.” Eyzar masih tertawa. Nampaknya, lelaki itu bahagia. Kini dan seterusnya, lelaki itu akan bersama seseorang yang menjadi alasan bahagianya. Eyzar dan El yang telah berkali kali merasa kehilangan, akhirnya keduanya dipertemukan dengan bahagianya masing-masing.

“Semoga, bahagia selamanya.”