Cemburu


“Udah, yuk.”

Suara lembut itu berhasil membuat Eyzar mengalihkan perhatiannya dari ponsel, dan beralih menatap gadis di hadapannya dengan lekat.

“Kok cepet?”

“Ya cepet lah orang cuman ngiketin jaket doang,” jawab El singkat. Lantas tanpa basa-basi, El langsung melangkah maju meninggalkan Eyzar di tempat.

“Hadeuhh, Kak El nih kebiasaan kalau jalan ninggalin Eyzar mulu,” keluh Eyzar pelan. Namun, akhirnya ia bergegas mengikuti El dan berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah El yang cukup cepat.

Di perjalanan, Eyzar memperhatikan El yang berjalan sembari sedikit meremas bagian perutnya. “Hari pertama? Sakit ya?”

“Hm.”

“Mau dipakein kayu putih dulu gak? Kita beli di Alfamart depan itu?”

“Nggak usah,” jawab El cepat.

Eyzar menghela napas saat mendengar jawaban El barusan. Lelaki itu hanya menggeleng pelan saat melihat El yang tentu saja seperti memaksakan diri untuk berjalan. Namun karena tidak ingin membuat El marah ataupun kesal, Eyzar hanya menurut dan mengikuti langkah El yang semakin cepat.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, El dan Eyzar akhirnya sampai di parkiran. Dan saat menemukan mobil Eyzar yang terselip di antara banyaknya jajaran mobil yang terparkir, Eyzar segera membukakan pintu depan mobil untuk El dengan hati-hati.

El hampir masuk. Dan tentu saja, saat melihat ke arah belakang, ia begitu terkejut. Mendapati Reina yang berada di jok belakang, El menatap Eyzar kesal. “Kenapa ada dia?” tanyanya dengan suara normal yang otomatis dapat terdengar oleh Reina.

Reina hanya tersenyun sinis, “Emang Eyzar yang ngajak gue pulang bareng kok. Napa emang? Gak boleh?”

“Ck.” El mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil Eyzar. Gadis itu malah keluar dan membuat Eyzar kebingungan. “Kalau udah jemput cewek lain yaudah gak usah jemput gue aja.”

“Kok turun lagi? Ih udah masuk dulu ntar Eyzar jelasin.”

“Gak. Gue pulang naik grab aja.”

“Ish, Kak El udah cepet masuk dulu ah! Gak ada grab grab, Kak El itu perutnya lagi sakit.” Eyzar mendorong El dengan pelan. Namun, karena kondisi El sedang lemas saat itu, ia tidak bisa memberontak usaha Eyzar untuk memaksanya masuk ke dalam.

El kesal, “Gue ga—”

“Udah ya, udah.” Eyzar mengacak pelan rambut Kak El. Lantas lelaki itu sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga El, dan berbisik, “Kak El jangan marah, gak usah cemburu, nanti Eyzar jelasin ya.”

“Ish! Siapa yang cemburu ah.”

Eyzar tertawa pelan. Lantas kembali berbisik, “Eyzar ke sana dulu bentar ya, mau beli kayu putih. Kak El tunggu di sini, jangan ke mana mana loh ya.”

El berdecak.

“Jangan marah marah ih.”

“Siapa yang marah?” El memalingkan muka dari Eyzar. Sejujurnya, gadis itu masih menahan rasa sakit di perutnya dan rasa kesal karena tiba-tiba ada Reina di belakang. Namun perbuatan Eyzar barusan yang mendadak mengacak rambut El dengan lembut, membuat ia harus menahan diri dari salah tingkah.

Eyzar terkekeh pelan melihat El yang sedang kesal. Gemas kalau bagi Eyzar. “Mau nitip sesuatu gak?”

“Nggak.”

“Reina, lo mau nitip sesuatu gak? Gue mau ke alfa.” Eyzar beralih bertanya kepada Reina.

Reina tersenyum, “Mau dong, gue mau nitip—”

“Zar cepet gue pengen pulang. Nggak usah belanja banyak banyak. Kayu putih sama minum aja udah. Ntar kalau banyak titipan pulangnya malah nambah lama.” El nyerocos. Tumben.

Sedangkan Reina di belakang hanya berdecak kesal karena ucapannya dipotong oleh El.

Eyzar menghela napas, dan lagi-lagi berbisik pelan kepada El. “Kak El cemburu nya bisa ditahan dulu gak? Kasian Reina dia juga kan mau nitip sesuatu.”

“Gue gak cemburu? Gue cuman pengen cepet pulang.”

Lagi-lagi, Eyzar hanya menghembuskan napas pasrah. “Yaudah iya. Eyzar cepet kok biar cepet pulang. Tunggu ya.” Dan setelah itu, Eyzar segera berangkat menuju minimarket yang ada di sebrang jalan.

Setelah kepergian Eyzar, kini di mobil tersisa dua gadis yang sama sama saling diam. Tidak, hanya El saja yang diam sembari menunduk dan meremas bagian perutnya yang terasa semakin sakit. Sedangkan Reina, ia menatap ke arah El dengan tatapan tak suka dari belakang. Kalau saja ini bukan mobil Eyzar, mungkin Reina sudah akan memulai keributan dengan El.

“Manja banget sih jadi cewek.” Sindir Reina.

El mengerutkan kening. Namun, ia tidak menggubris ucapan Reina barusan. El hanya diam dan memperhatikan Eyzar dari kejauhan.

“Manja lo.” Lagi-lagi, Reina berusaha menyulut emosi El. Namun El tetaplah El, gadis itu selalu berusaha bersikap cuek pada segala keadaan.

“Gue rebut Eyzar baru tau rasa lo,” ucap Reina lagi.

“Hh,” El tersenyum sarkas, “Eyzar nya aja mana mau sama lo.”


Eyzar akhirnya tiba dan masuk ke dalam mobil sembari menenteng keresek yang cukup dan kemudian memberikannya kepada El.

“Ini.”

El mengerutkan kening, “Pantesan lama, gue bilang kan tadi gak—”

“Sttt udah, gausah banyak protes. Itu Eyzar belanja banyak soalnya beliin beberapa cemilan buat Kak El. Biasanya kalau lagi reddays Kak El suka ngemil, kan? Nah itu ada banyak di dalem ya. Sama ada— ya pokoknya banyak lah semua yang Kak El perluin ada di dalem.”

Mendengar jawaban Eyzar, El mengulum bibirnya dan segera mengecek isi keresek di dalamnya. Benar saja, di dalam keresek itu lengkap sudah kebutuhan El dan makanan makanan kesukaan El saat dirinya mengalami masa menstruasi.

“Makasih.”

Eyzar menyengir. “Kan, makannya jangan kesel duluan.”

“Yaudah cepet pulang.”

“Iya-iya, kita anterin Reina pulang dulu ya? Kak El masih bisa nahan rasa sakitnya kan sebentar?”

“Hm.”

“Anterinnya sampai tempat kemarin aja ya, Zar,” ucap Reina tiba-tiba. Oh ayolah sedari tadi gadis itu ada di belakang. Kalian ingat kan? Dan tentu saja Reina menahan rasa kesalnya saat melihat Eyzar dan El yang begitu dekat. Bahkan, sesekali Reina menatap ke arah El tidak suka dan penuh rasa dengki.

“Awas aja lo, El.”